Saturday, December 1, 2012

AGIB DAN KRAYON

Saya punya teman, sahabat paling muda yang ceria dengan caranya sendiri. Usianya beranjak menuju 4 tahun. Nama lengkapnya, tidak pernah saya tau. Namanya Agib, Agib adalah cucu dari Ibu pemilik Kost di area Ngeumong Cafe and Library. Dan kita punya kesamaan yang banyak, mungkin mirip saya waktu kecil; sekitar krayon, bercerita tentang gambar yang dibuat susah-payah, lalu beratraksi menjadi barang-barang sekitar atau meniru benda yang dia gambar -- kata Agib "Agib lagi jadi kursi, didudukin orang-orang, dieeem aja." Agib memang unik, jago menggambar namun tidak kenal huruf dan angka dan ... Si Agib, jarang mandi! Bau! Apalagi kepalanya, bau matahari nempel sampe malem, sebab ga mandi dan kabur terus kalo disuruh mandi sama Si Ibu. Haha, penerus aing! Mana ada orang yang bilang mukanya mirip dengan saya pula, kasian dong kalo mirip, untung tuh bocah kulitnya putih -- kalo item, yah ampun deh, kembar jadinya ma gue.

"Om Galiiiihh, Agib gambar dooong." Seperti biasanya dia muncul sore sekitar pukul 3, dengan langkah kakinya yang tidak bisa berjalan dengan lambat. Langsung saja dia dengan tidak basa-basi, menuju saya yang sedang duduk tidak melakukan apa-apa jadi tambah cerah dengan tingkahnya yang petakilan, sebab ini bocah seenak-jidat saja ambil posisi duduk di paha saya, sambil merajuk minta diambilkan kertas dan krayon sambil menarik-narik baju. Ya terpaksa sudah harus menurut.


Yang unik adalah gambar-gambarnya dan celotehnya sepanjang dia menggambar atau setelah menggambar. Tidak menggambar pegunungan, ia cenderung menggambar gambar yang tidak saya mengerti dia menggambar apa, pilihan warnanya pun tidak seperti anak-anak seusia dia yang tertarik pada warna kuning, merah, oranye, biru dan hijau. Ia cenderung menekankan pada latar suasana yang surealis dari pikirannya, oh saya pikir biarkan saja, tidak aneh kok. Mungkin, sesuai dengan Agib yang jarang bicara banyak hal, terkecuali tentang gambar.

Dia menggambar persimpangan jalan, 4 arah jalan, dengan warna abu-abu. Gambar apa nih, Gib? Agib menjawab "Gambar jalan." Terus? "Rel kereta api!" rel kereta api yang melintang dari pojok kanan atas sampai kiri bawah, memotong 2 jalur jalan persimpangan di sebelah kanan gambar. "Ini jalan kereta, Agib suka naik kereta." Tapi, keretanya tidak pernah ia gambar. Dia juga menggambar gang-gang kecil yang tidak menyambung dengan arah jalan, di samping kiri atas berbentuk mirip seperti jaring laba-laba, "Ini jalan tikus, banyak tikusnya nih Om!" Lalu dia menggambar manusia berkepala besar di sebelah kanan bawah dengan mata bulat plintat-plintut, tangan yang menengadah, kaki yang kecil sekali, semuanya satu garis "Ini Agib!"

Terus terang gambarnya aneh. Lalu habis itu, dia praktekan semuanya dengan gerakan-gerakan aneh. Jadi rel kereta api, lalu beberapa menit kemudian jadi persimpangan jalan, beberapa menit kemudian jalan tikus, dan dia sendiri pada kesimpulan akhir gambarnya. Semua dilakukan dengan diam, kalau ditanya jawabannya singkat "Ini Agib jadi rel kereta api." Semuanya dilakukan dengan hening dan penuh penghayatan dari Agib. Hahaha. Tidak bisa diganggu... Anak yang unik, tidak melawak namun memang unik sampai saya terpingkal-pingkal dan dia sangat serius dengan apa yang dia perbuat. Saya yakin, nanti dia jadi anak yang cerdas. Meskipun agak aneh. Hahahaha. Mungkin cocok untuk jadi pemain Pantomim suatu hari nanti. Mari berkenalan dengan Agib si jenius!


- Galih Su. Rindu gambar bareng dengan si Bocah Tengil Aneh, Agib. Juni Agib bersiap pindah menuju Jawa, seperti katanya "Om Galih, Agib nanti pindah..." Saya bakal kehilangan kamu, Gib...

20 Mei 2010

No comments:

Post a Comment